Jumat, 27 Mei 2011

"Aku Penyelamat Peradaban"

Ditulis oleh: Wahyu Adi Putra...
Tanggal: 27 Mei 2011




Jumat pagi, 21 Mei 2011, saya tiba di Gedung Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tujuan saya: mengikuti sebuah pelatihan penggunaan alat-bantu terjemahan yang diadakan oleh Himpunan Penerjemah Indonesia. Di sela rehat pelatihan, saya bertemu dan bercakap-cakap dengan salah seorang relawan Koin Sastra yang sedang istirahat di ‘Tangga Biru’, dekat pintu masuk ke gedung PDS HB Jassin. Dalam percakapan tersebut, setelah berbincang sedikit tentang kemajuan program Koin Sastra, saya memperkenalkan diri sebagai salah satu anggota redaksi MediaSastra.com. Mendengar hal itu, teman bicara saya langsung memberitahu bahwa esok harinya, Sabtu, 22 Mei 2011, pukul 10:00 wib di PDS HB Jassin akan dibuat satu acara bertajuk Kliping Massal. Saya yang semula berencana kembali ke Yogyakarta pada Sabtu pagi pun langsung mengubah jadwal kepulangan saya demi meliput acara ini.
 Sabtu pagi di Taman Ismail Marzuki, saya tiba agak telat. Waktu sudah menunjukkan pukul 10:45 wib. Saya bergegas menuju halaman PDS HB Jassin. Sudah ada tenda terpasang. Satu untuk para hadirin acara, dan satu lagi untuk panggung. Banyak orang sudah di sana. Rata-rata mereka mengenakan kaos dengan tulisan mencolok: “Aku Penyelamat Peradaban”. Saya ketahui kemudian, “Aku Penyelamat Peradaban” adalah judul-sanding dari acara ‘Kliping Massal’ ini. Tidak lama setelah berbaur dengan para hadirin lain, acara ‘Kliping Massal’ pun di mulai. Hujan deras berhawa panas khas kota Jakarta sempat mengiringi berlangsungnya acara ini. Para peserta yang semula tersebar di sekeliling tenda pun berebutan berlindung di bawah tenda hadirin. Sesak memang. Tapi, seperti celetukan salah seorang peserta yang tertangkap telinga saya di antara himpit-himpitan manusia di bawah tenda itu, “Acaranya jadi romantis.”
***
Menurut pengakuan Ahmad Makki, Koordinator Acara ‘Kliping Massal’, yang juga salah seorang penggagas Koin Sastra, acara ini adalah sebuah ajang yang digagas Koin Sastra dan PDS HB Jassin untuk melibatkan lebih banyak lagi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di PDS HB Jassin.
“Kita melakukan ini (pengklipingan – red.) secara reguler sebetulnya. Dengan, ya, lima sampai sepuluh orang setiap hari. Dari mulai Senin sampai Sabtu kita melakukan itu – dan sudah banyak membantu PDS HB Jassin. Tapi, kita pikir kita perlu memberikan kesempatan kepada lebih banyak orang,” tukas Ahmad Makki.
Saya melihat orang-orang yang ikut mendaftarkan diri menjadi peserta dalam ajang ini beragam latar-belakangnya. Dari orang dewasa sampai anak seusia sekolah dasar pun tampak bersemangat mencantumkan nama mereka untuk menjadi peserta kliping. Jumlah pesertanya juga terbilang banyak. Menurut Ahmad Makki, sampai tengah hari jumlah peserta kliping sudah menembus angka 190.
Saya ikut rombongan peserta kliping kloter kedua. Pengklipingan memang dilakukan dengan jumlah peserta yang dibagi-bagi dalam beberapa kloter. Tidak mungkin dilakukan sekaligus karena luas ruangan PDS HB Jassin yang terbatas. Peserta kliping kemudian dibagi ke dalam beberapa kelompok; masing-masing kelompok dipandu oleh seorang koordinator, yang bertugas menjelaskan dengan rinci tatacara pengklipingan naskah serta memantau pengklipingan yang dilakukan oleh peserta, yang kebanyakan memang awam dalam bidang pendokumentasian arsip itu. Naskah yang dikliping saat itu adalah artikel-artikel sastra yang dimuat di berbagai mediamassa yang terbit dalam rentang waktu dasawarsa 1990an. Ternyata mengkliping naskah sebagai dokumentasi itu tidak sesederhana yang saya bayangkan: ada beberapa prosedur baku yang harus dijalankan – mulai dari penandaan artikel, pencatatan data artikel yang hendak dikliping, pengguntingan, sampai penempelan. Biar begitu, semua peserta tampak asyik melakukan pekerjaannya.
Di sela-sela kegiatan kliping, Ahmad Makki menjelaskan pada saya bahwa ajang kali ini juga digunakan oleh salah satu penyedia layanan seluler, XL, untuk meluncurkan satu program ‘SMS Donasi’ untuk PDS HB Jassin.
 “Beruntung, saat ini kita dibantu, disponsori oleh XL, kebetulan, karena mereka juga ada program untuk meluncurkan ‘SMS Donasi’ ke PDS HB Jassin. Juga, rencananya ke depan ada program semacam e-book(sastra – red.) yang bisa didownload oleh para penggunanya,” ujar Ahmad Makki.
Ahmad Makki melanjutkan bahwa rencananya ada dua buku elektronik sastra yang nanti dapat diunduh oleh para pengguna layanan seluler itu: Aku ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar dan Sastra Indonesia sebagai Warga Sastra Dunia karya HB Jassin.
Selain itu, Koin Sastra, yang selama ini kita kenal lewat media jejaring sosial semacam Facebook dan Twitter (dengan tagar #koinsastra), telah merencanakan beberapa program yang akan diselenggarakan bagi PDS HB Jassin. Salah satunya adalah program pendigitalan naskah-naskah yang disimpan di PDS HB Jassin. Program ini penting mengingat kondisi gedung PDS HB Jassin yang saat ini terbatas dalam hal ruang dan kapasitas untuk menjaga keawetan naskah koleksinya. Yang membedakan PDS HB Jassin dari banyak perpustakaan lainnya adalah bahwa koleksinya mencakup banyak naskah asli karya beberapa pengarang Indonesia yang masih berupa manuskrip tulisan tangan. Kita dapat menemukan naskah asli tulisan tangan novel Merahnya Merah karya Iwan Simatupang di pusat dokumentasi sastra ini. Juga, beberapa naskah tulisan tangan yang memuat puisi-puisi penyair besar Indonesia seperti Chairil Anwar dan WS Rendra.
Tambah lagi, Koin Sastra juga bercita-cita supaya PDS HB Jassin memiliki sebuah gedung baru. Seperti diungkapkan Ahmad Makki, “Kita juga merencanakan, kalau bisa, PDS HB Jassin harus punya tempat yang baru. Yang lebih layak, jauh lebih layak dari tempat ini, karena ini sudah sangat tidak layak. Kalau masuk ke dalam nanti, (Anda bisa lihat bahwa) sudah tidak ada rak yang bisa dimasukkan lagi karena sudah nggakada tempat sama sekali.”
Saat saya bertanya tentang pandangan Koin Sastra terhadap sikap pemerintah yang menelantarkan PDS HB Jassin, Ahmad Makki menjawab bahwa Koin Sastra memandang kedua-duanya masyarakat dan pemerintah punya andil dalam nasib yang dialami oleh PDS HB Jassin.
“Kita menolak segala bentuk pembiaran, sikap-sikap yang membiarkan kebudayaan-kebudayaan bangsa punah. Bagi kami (Koin Sastra – red.) tidak hanya PDS HB Jassin, banyak sekali aset-aset kebudayaan yang menjelang kepunahan. Pertama, kami mencatat bahwa sikap pembiaran ini tidak hanya dimiliki oleh pemerintah tapi masyarakat juga punya andil dalam hal ini. Kondisi PDS yang sepi, perpustakaan-perpustakaan lain yang sepi, ya, itu gambaran bahwa masyarakat juga punya andil kesalahan. Tapi, pemerintah kan juga punya tanggung jawab untuk membuat warganya merasa butuh sama buku, warganya cinta sama sastra,” tegas Ahmad Makki.
Sebab Koin Sastra menganggap bahwa PDS HB Jassin bukanlah satu-satunya aset kebudayaan yang menghadapi masalah, maka Koin Sastra juga menargetkan kegiatannya pada badan-badan kepustakaan lain yang berada di ambang mati-lemasnya
“Program ini insyaallah bukan program yang terakhir buat PDS HB Jassin dan insyaallah juga PDS bukan tempat terakhir yang akan kita dukung. Makanya, kita minta support dari masyarakat sebesar-besarnya,” simpul Ahmad Makki.
***
Sembari kegiatan pengklipingan berlangsung di dalam gedung, di halaman PDS HB Jassin isian acara-acara lain tetap berlanjut. Ada beberapa pertunjukan yang dapat dinikmati oleh para peserta yang sedang menunggu giliran mengkliping. Di antaranya, ada musikalisasi cerpen yang dibawakan oleh Djenar Mahesa Ayu, ditemani mantan vokalis grup musik “Drive”, Erdian Aji. Tampil juga Nanang Hape, seorang dalang dari Ponorogo, yang membawakan beberapa lagu bersama grup musiknya. Seperti lazimnya sebuah acara apresiasi sastra, ada juga pembacaan atau pendeklamasian puisi. Salah satu sastrawan yang tampil ke panggung adalah Sitok Srengege yang mendeklamasikan dua buah puisi dalam acara ini.
Beberapa orang lain yang kerap kita dengar namanya dalam dunia sastra Indonesia juga turut hadir. Di antara mereka yang saya kenali wajahnya, tampak Putu Fajar Arcana, Goenawan Mohamad, Nirwan Dewanto, Djenar Mahesa Ayu, dan Sitok Srengenge.
Kehadiran orang-orang sastra Indonesia dalam sebuah acara sastra Indonesia adalah sebuah kewajaran, dan bisa dibilang tidak istimewa. Namun acara Kliping Massal menjadi istimewa karena para pesertanya tidak datang dari satu ragam latar-belakang saja. Saya melihat seorang gadis cilik seusia SD dan para remaja SMA duduk berdamping-dampingan dengan orang-orang tua yang sudah putih rambutnya sambil tekun menggunting dan menempel naskah. Pemandangan ini membuat Kliping Massal di PDS HB Jassin pantas menyandang gelar ‘massal’; bukan cuma karena jumlah pesertanya yang ratusan tapi karena latar-belakang pesertanya yang beragam.
Kata aku dalam frasa “Aku Penyelamat Peradaban” yang menjadi judul-sanding acara ini jadi begitu bermakna bagi saya. Kata aku, meski dalam dirinya membawa makna ‘satu orang’, bila dilekatkan dalam diri orang banyak, akan membentuk suatu entitas masyarakat yang punya satu saujana: kesadaran bahwa sastra punya andil besar dalam suatu peradaban manusia. Kata aku inilah yang nanti akan menjadi kami; lalu, bila di dalam perjalanannya dihidupi oleh semua orang, tidak lagi mencipta mereka, tetapi kita. Sastra kita cintai karena ia kita lakukan dan kita hidupi.


Senin, 23 Mei 2011

Warga Menyumbang Untuk PDS HB Jassin

Berita Halo Gubernur

Senin, 23 Mei 2011 | 09:29:21 WIB

batavia.com - Kliping massal yang dilakukan ratusan masyarakat di Pusat Dokumentasi dan Sastra (PDS) HB Jassin di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat telah membantu pendokumentasian ribuan data dan naskah sastra. Pasalnya, masyarakat khawatir, gedung HB Jassin bakal tidak bisa lagi menampung buku-buku bersejarah, karena biaya operasionalnya tak mencukupi untuk melestarikan buku, bahkan untuk menggaji karyawan.

Kepala Pengelola PDS HB Jassin, Ariani Isnamurti mengatakan, kegiatan kliping massal oleh masyarakat sudah mencapai 500 map. Data yang diolah merupakan artikel dan naskah sastra dari tahun 1970-1980. Kata Ariani, masih ada data sastra lebih dari jumlah tersebut yang belum didokumentasikan.

“Ini mereka menggunting naskah-naskah di majalah dan artikel pakai uang pribadi. Untuk hari ini kliping massal baru menggunting saja. Jadi belum menempel,” ujarnya di Jakarta, Senin (23/5).

Ariani menambahkan, kegiatan Kliping Massal dilakukan masyarakat tiap Senin sampai Jumat. Kegiatan ini sudah berlangsung selama sebulan. Selain kliping, masyarakat juga menggelar Gerakan Koin Sastra.

Kliping Massal adalah kegiatan menyindir Pemerintah Jakarta karena pelit anggaran terhadap operasional di PDS HB Jassin. Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, menjanjikan bakal mengalokasikan dana untuk pendokumentasian data bersejarah di PDS HB Jassin satu miliar rupiah. Dana itu diperkirakan cair November 2011 mendatang.

Minggu, 22 Mei 2011

XL Gelar SMS Donasi Dukung PDS HB Jassin

Dalam upaya mendukung dan menjaga warisan budaya sebagai wujud tanggung jawab bersama masyarakat, PT XL Axiata Tbk (XL) menyelenggarakan SMS Donasi Sastra. Program SMS Donasi bernilai Rp2000, dan Rp5000 ini akan berakhir 30 juni 2011.

”Saat ini adalah momentum yang sangat tepat bagi semua elemen masyarakat untuk kembali bersatu peduli kepada kekayaan budaya Nusantara, termasuk penyelamatan kesusastraan. XL berharap program SMS Donasi Sastra ini bisa mempermudah masyarakat khususnya pelanggan untuk ikut memberikan dukungan Pusat Dokumentasi Sastra HJ Jassin dalam mengelola warisan dokumen sejarah perjalanan sastra Indonesia,” ujar Haryo Wibowo, GM Sales Jabotabek XL.

Kepala Pelaksana PDS HB Jassin, Ariany Isnamurti mengatakan, ”PDS HB Jassin adalah salah satu rujukan utama bagi kita jika hendak meneliti perjalanan sastra Indonesia. Tempat lain yang memiliki koleksi dokumen yang lengkap ada di Museum Leiden, Belanda. Karena ini semua adalah warisan yang sangat bernilai bagi kita termasuk juga generasi penerus kita di masa datang, kami akan sangat terbuka bagi siapapun untuk ikut memelihara koleksi PDS HB Jassin.” 


Cara memanfaatkan program ini sangat mudah. Pelanggan XL tinggal mengirimkan SMS, ketik:  SASTRA dan kirim ke nomor 2000 (pulsa akan terpotong Rp.2.200, sudah termasuk PPN 10%) atau 5000 (pulsa akan terpotong Rp.5.500, sudah termasuk PPN 10%). Hasil penggalangan donasi melalui Program SMS Donasi Sastra ini selanjutnya akan diserahkan ke PDS HB Jassin atas nama pelanggan XL. Program SMS Donasi ini akan dibuka mulai 22 Mei hingga 30 juni 2011.

Selain wujud dukungan kepada pengelolaan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, XL juga bekerjasama dengan komunitas Koin Sastra dalam menyelenggarakan aksi Kliping Massal dalam rangka mendukung pelestarian koleksi PDS HB Jassin.

Khrisna Pabicara dari komunitas Koin Sastra mengatakan,"Kliping massal bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan peristiwa bersejarah menandai kebangkitan kita dalam upaya menghargai warisan literasi. Terima kasih atas dukungan semua pihak, terutama pihak XL yang berkenan melansir SMS Donasi Peduli PDS H. B. Jassin.”

PDS HB Jassin merupakan salah satu pusat rujukan perjalanan sejarah Sastra Indonesia. Lembaga yang dirintis oleh mendiang HB Jassin ini memiliki koleksi puluhan ribu dokumen perjalanan sastra Indonesia. Bukan hanya buku dan materi karya sastra yang tersimpan di sana, namun juga catatan dan berbagai materi yang menyertai lahirnya karya-karya sastra Indonesia, yang kemungkinan tidak dikoleksi oleh perpustakaan pada umumnya.
Ke depan, XL juga akan turut mendukung program pelestarian karya sastra dalam format digital. Sehingga masyarakat pengguna gadget, terutama pelanggan XL akan lebih mudah menemukan buku karya para sastrawan terkemuka Indonesia.

Sports Racing Sosok Lainnya Koin Sastra untuk HB Jassin Baru Terkumpul Rp200 juta

Penulis : Vini Mariyane Rosya
Minggu, 22 Mei 2011 20:17 WIB






JAKARTA--MICOM: Meski telah berselang hampir 3 bulan berjalan, gerakan koin sastra untuk Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin baru mengumpulkan dana sebesar Rp200 juta.

Jumlah tersebut sangat jauh dari kebutuhan PDS HB Jassin yakni Rp1 miliar per tahun.

"Kalau direkapitulasi jumlah dana yang sudah terkumpal baru mendekati Rp200 juta. Tapi itu belum termasuk sejumlah PC ada sekitar 7-8 PC, beberapa TV dan AC," ungkap salah satu penggagas koin sastra, Ahmad Makki di sela-sela acara kliping sastra massal di Taman Ismail Marzuki, Minggu (22/5.

Gerakan tersebut lahir secara resmi pada 18 Maret 2011 setelah pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk kesekian kalinya mengurangi ndana bantuan operasional satu-satunya pusat dokumentasi terlengkap di Indonesia tersebut. Saat ini Pemprov DKI hanya memeberikan Rp50 juta per tahun.

Uniknya menurut Makki gerakan koin sastra bersifat terbuka. Tak jarang ia menerima kelompok kecil masyarakat yang menyerahkan uang hasil pengumpulan mereka sendiri.

"Pokoknya mereka langsung saja mengatasnamakan koin sastra ada yang mengamen, ada yang buat pertunjukkan kecil-kecilan, macam-macam. Bahkan pernah ada anak kecil yang datang ke kami bawa celengan dia dan dia berikan ke kami untuk PDS HB Jassin. Saya terharu," tuturnya.

Namun usaha tersebut belum cukup. Menurut Makki kebutuhan terbesar ada pada pendokumentasian sastra. Dalam setahun setidaknya PDS HB Jassin memerlukan dana minimal Rp100 juta untuk mengkliping, memanajemen dokumentasi hingga perawatan dokumen sastra.

Makki mengatakan saat ini PD HB Jassin bahkan tidak memiliki alat sensor utnuk memantau pergerakan dokumen ke luar perpustakaan.

"Contoh sederhana misalnya AC. Saat kantor tutup jam 5, AC ikut dimatikan karena jatah biayanya segitu. padahal itu bisa merusak dokumentasi yang ada," jelasnya.

Gedung PDS HB Jassin, lanjutnya, juga tak dapat lagi menambah jumlah koleksi. Tak ada tempat untuk menambah satu rak buku.

"Masalah gedung ini yang paling krusial sebenarnya karena gedung ini sudah tidak layak. Mimpinya kami ingin segera bisa membangun gedung baru berlantai 5," paparnya.

Tidak hanya berasal dari kelompok, beebrapa donatur individu turut berusaha membantu PDS HB Jassin setiap bulannya. Jeffrie Geofanny salah seorang pendonor mengakui jumlah dana yang dibutuhkan HB Jassin masih tinggi.

"Saya tahu jumlah dari saya mungkin tak seberapa. Tapi jangan sampai kita mempelajari sastra di negeri orang karena PDS HB Jassin tutup," tegas ketua bidang komunikasi dan informasi Nasional Demokrat. (OL-12)

Kliping Sastra Massal untuk HB Jassin

     
Penulis : Vini Mariyane Rosya

Minggu, 22 Mei 2011 19:56 WIB



JAKARTA--MICOM: Tenda biru sederhana di depan gedung tua bercat biru dengan papan kusam bertuliskan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin tersebut seakan tak terganggu dengan hujan lebat menderu menggetarkan atapnya.

Dua sastrawan muda, Djenar Maesa Ayu dan mantan vokalis kelompok musik Drive, Erdian Aji atau yang lebih dikenal dengan Anji Drive mampu mengalahkan riuh hujan dengan kolaborasi musikalisasi cerpen berjudul Rama Raib di Taman Ismain Marzuki, Minggu (22/5).

Performa pembuka kegiatan kliping massal yang diselenggarkan Gerakan koin sastra untuk PDS HB Jassin tersebut efektif membuat ratusan anak muda bersemangat mengeliping karya sastra secara massal. Arindra, 16, bahkan tidak peduli sepatu dan celana jeansnya basah karena hujan.

Gadis belia yang baru duduk di kelas 2 SMA tersebut bersama 195 anak muda lainnya langsung sibuk memilah-milah koran sembari mencari tanda ceklis yang sudah disiapkan panitia. Gunting di tangan kananya bergerak lincah memotong tulisan-tulisan tersebut.

"Ayahku kerja di sini (PDS HB Jassin) jadi sejak kecil aku akrab sama karya sastra. jadi dari kecil suka baca-baca buku kalau diajak ayah ke sini," sahut gadis berjilbab tersebut sambil mengelem hasiol guntingannya.

Ketua panitia kegiatan kliping massal tersebut, Ahmad Makki, mengakui sejak pemerintah mengurangi biaya bantuan operasional kepada PDS HB Jassin, lembaga tersebut kesulitan meneruskan kegiatan kliping harian karena kekurangan dana.

Selain membantu menambah jumlah kliping dokumentasi sastra, kegiatan tersebut ia harapkan dapat melibatkan masyrakat lebih banyak untuk membantu menghidupkan kembali PDS HB Jassin.

"Sengaja kami tidak memberikan target khusus jumlah dokumen yang terkliping. Setidaknya masyarakat semakin merasa terikat dengan PDS HB Jassin," tuturnya.

Setelah kliping, Makki mengatakan sedang mematangkan proses digitalisasi bagi berbagai dokumen tersebut. Beberapa instansi diakuinya telah menawarkan proses pengadaan sistem digitalisasi.

"Bayangkan saja, tulisna tangan Chairil Anwar misalnya yang sudah ribuan kali dipinjam dan fotocopy, kalau tidak segera didigitalisasi, itu akan rusak," paparnya.

Butuh gedung baru

Selain membangun kepekaan masyarkat utnuk menyelamatkan sastra, gerakan koin sastra mengaku terus menggencarkan pengumpulan dana bagi PDS HB Jassin. Saat ini dana yang terkumpul sudah mendekati angka Rp200 juta. Itu belum termasuk dengan bantuan barang berupa PC Komputer, AC, hingga televisi.

"Saya cukup kaget responnya sangat baik. Tapi ini masih jauh dari cukup," sahut Makki.

Dalam setahun PDS HB Jassin setidaknya membutuhkan dana sebesar 1 milyar untuk menggerakkan roda operasionalnya. Dana terbesar, lanjut Makki, terletak pada dana pendokumentasian sebuah naskah yang minimal membutuhkan Rp100 juta rupiah.

Selain mengkliping, dana tersebut juga dibutuhkan untuk mengadakan fasilitas penunjang yang dapat menghambat proses perusakan dokumen.

"Contoh sederhana misalnya AC. Saat kantor tutup jam 5, AC ikut dimatikan karena jatah biayanya segitu. padahal itu bisa merusak dokumentasi yang ada," jelasnya.

Menurut Makki selain dana, hal yang paling krusial bagi PDS HB Jassin adalah pembangunan gedung baru. Untuk menambah satu rak buku saja, gedung tua tersebut tak mampu.

"Kami ingin mewujudkan mimpi pak Jassin dnegan setidaknya membangun gedung baru berlantai 5. Lantai pertamanya untuk sastra daerah, lantai kedua untuk sastra nasional, dan lantai ketiga untuk sastra internasional," idamnya.

Tak hanya itu saat ini geudng PDS Jassin sama sekali tidak memliki sistem pengamanan yang memadai. "Yang paling sederhana seperti sensor untuk mencegah ada buku yang dibawa keluar tidak ada," tandasnya miris. (OL-12) 

Kliping Massal untuk Pusat Sastra HB Jassin

Ita Lismawati F. Malau, Mohammad Adam

MINGGU, 22 MEI 2011, 13:50 WIB


"Kami ingin mengajak lebih banyak orang untuk terlibat langsung."


VIVAnews - Keberadaan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin terancam karena kekurangan dana. Sejumlah pihak yang ingin mempertahankan lembaga tersebut berupaya mencari upaya penyelamatan.

Salah satunya adalah Gerakan Koin Sastra yang menggelar kliping massal di Taman Ismail Marzuki, Minggu 22 Mei 2011.

"Kami ingin mengajak lebih banyak orang untuk terlibat langsung dalam proses pendokumentasian di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin," kata salah satu penggagas Koin Sastra, Putu Fajar Arcana.

Dia menjelaskan, gerakan ini merupakan upaya unik dan strategis dalam menyelamatan aset bangsa. "Kondisi PDS sangat membutuhkan dukungan," imbuhnya.

Acara ini dihadiri sejumlah tokoh dan penggiat seni seperti Olga Lidya, Lola Amaria, Djenar Maesa Ayu, Glen Fredly, Sitok Srengenge, dan yang lainnya.
Menurut Putu, kliping massal tersebut merupakan bentuk penyadaran bagi publik agar apa yang terjadi pada PDS HB Jassin tidak terjadi lagi.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, telah meminta maaf atas kelalaiannya mengawasi alokasi anggaran PDS HB Jassin. Ia mengaku terkejut, pusat dokumentasi sastra Indonesia terbesar di dunia itu hanya mendapat dana Rp50 juta tahun ini.
• VIVAnews

Senin, 02 Mei 2011

#koinsastra Palu di Hari Buku Sedunia

Ditulis oleh: neni muhidin
Tanggal: 02 Mei 2011


Selama seminggu, sejak 16 April hingga 23 April 2011, diadakan rangkaian kegiatan bertajuk #koinsastra yang diprakarsai oleh Aliansi Gerakan Peduli Sastra (AGPS) Palu, Sulawesi Tengah. #koinsastra diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian AGPS Palu terhadap keberlanjutan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB. Jassin yang berlokasi di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Seperti yang telah diberitakan oleh banyak media, keberlangsungan PDS BH. Jassin sempat terancam karena minimnya dana yang diberikan pemerintah daerahnya pada PDS ini. Sehubungan dengan itu, kegiatan tersebut berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp. 762.350,-. Selain bagi PDS HB. Jassin, melalui kegiatan itu ingin pula ditunjukan bahwa warga Palu memiliki kepedulian pada masa depan literasi nusantara.
Pada hari terakhir rangkaian #koinsastra, Sabtu, 23 April 2011, diadakan acara puncak di Taman Gor Palu. Sebab bertepatan, acara puncak dibarengkan dengan peringatan hari buku sedunia. Di acara puncak, selain pengumpulan donasi, diselenggarakan juga pameran buku, penjualan buku, serta diskusi buku Menggugat Kebudayaan Tadulako dan Tari Dero Poso karya Jamrin Abubakar, terbitan Yayasan Kebudayaan Sulawesi Tengah. Zulkifli Pagessa, seorang sutradara teater, hadir sebagai pembahas dalam diskusi buku itu. Acara juga diisi dengan pembacaan sajak oleh penyair TS. Atjat. Ia membacakan tiga sajak dari buku kumpulan puisinya Soyo Lei (Semut Merah) dan Catatan Seorang Pejalan Kaki. Selain Atjat hadir pula penyair Nooral Baso yang membacakan puisi dari Soneta Comberan-nya.
Kegiatan #koinsastra dan peringatan hari buku sedunia oleh AGPS awalnya diinisiasi oleh NOMBACA, Palu Club Reader. Gayung bersambut, beberapa komunitas dan individu pegiat dan pemerhati seni budaya di Palu ikut bergabung. Tercatat kurang lebih 70 orang dari berbagai anasir ikut berpartisipasi sejak pembentukan aliansi hingga acara puncak.